Kisah Nabi Yusuf

Oleh

Akbar Asfariza Syahidan kelas 6-B

Suatu siang di sekolahku, SD Integral Luqman Al Hakim, Aku sedang duduk di samping sahabatku, Rizky, di bawah rindang pohon mangga di belakang masjid sekolah. Kami sedang istirahat setelah pelajaran panjang di kelas. Tiba-tiba, Rizky bertanya dengan penasaran.

"Asfar, kamu pernah dengar cerita Nabi Yusuf, kan? Bisa ceritain ke aku?"

Aku tersenyum, karena aku sangat menyukai cerita para nabi. "Tentu! Cerita Nabi Yusuf itu luar biasa. Jadi, Nabi Yusuf adalah putra Nabi Yakub. Beliau punya sebelas saudara laki-laki, tapi sayangnya, sepuluh di antaranya iri sama Nabi Yusuf."

"Lho, kok bisa iri?" tanya Rizky sambil mengerutkan kening.

"Karena suatu hari, Nabi Yusuf bermimpi ada sebelas bintang, matahari, dan bulan bersujud kepadanya. Saat Yusuf menceritakan mimpinya itu kepada ayahnya, Nabi Yakub, ayahnya tahu kalau mimpi itu bukan sembarang mimpi. Itu tanda bahwa kelak Yusuf akan menjadi nabi besar," jawabku dengan semangat.

"Wow, mimpi yang keren! Terus, apa yang terjadi?" Rizky semakin penasaran.

"Nah, gara-gara mimpi itu, kakak-kakaknya jadi makin iri dan jahat. Mereka ingin menyingkirkan Yusuf. Suatu hari, mereka minta izin ke ayahnya agar bisa membawa Yusuf pergi. Dengan berat hati, ayahnya mengizinkan. Tapi saat di perjalanan, mereka malah membuang Nabi Yusuf ke dalam sumur!"

Rizky terkejut. "Sumur?! Kasian banget!"

"Iya, benar! Mereka bahkan bohong ke ayahnya, bilang kalau Nabi Yusuf dimakan serigala. Tapi sebenarnya, Nabi Yusuf diselamatkan oleh rombongan pedagang yang lewat dan dibawa ke Mesir. Di sana, Nabi Yusuf tumbuh besar dan akhirnya menjadi seorang raja yang bijaksana."

Rizky mengangguk-angguk sambil membayangkan betapa menegangkan ceritanya. "Terus, bagaimana kakak-kakaknya?"

"Beberapa tahun kemudian, ketika Mesir mengalami masa kemarau panjang, kakak-kakaknya datang ke Mesir mencari makanan. Mereka tidak tahu kalau raja muda yang mereka temui itu sebenarnya adalah Nabi Yusuf! Sang raja memberikan mereka makanan, tapi ada syaratnya. Mereka harus membawa Benyamin, adik Yusuf, kalau ingin mendapatkan lebih banyak makanan."

 

Rizky mulai tertarik pada bagian ini. "Dan mereka bawa Benyamin?"

Aku mengangguk. "Betul! Saat mereka membawa Benyamin, Nabi Yusuf sengaja menahan Benyamin di istana dan mengungkap identitasnya kepada saudara-saudaranya. Mereka sangat terkejut mengetahui bahwa Yusuf masih hidup. Akhirnya, mereka semua bertobat dan meminta maaf. Nabi Yusuf memaafkan mereka, dan keluarga mereka bersatu kembali dengan penuh kebahagiaan."

Rizky tersenyum lebar. "Wah, itu cerita yang hebat! Nabi Yusuf benar-benar orang yang sabar dan pemaaf."

"Iya, dia adalah contoh teladan tentang kesabaran dan keikhlasan," tutupku dengan senyuman, senang telah membagikan kisah luar biasa itu kepada temanku.

Kami pun kembali ke kelas, sambil merenungkan betapa pentingnya memiliki hati yang sabar dan memaafkan seperti Nabi Yusuf.

Facebook Comments

0 Komentar

TULIS KOMENTAR

Alamat email anda aman dan tidak akan dipublikasikan.