PETUALANGAN KEAJAIBAN ALAM

Oleh Amik Widyawati*

 

Aku gadis kecil kelahiran Kota Keris, Sumenep. Perawakanku yang mungil membuatku terlihat lincah, hidungku tak terlalu mancug, dan lesung di pipiku membuat senyumanku semakin manis kata teman-temanku. Aku berdarah asli Madura, ibu dan ayahku penduduk asli Pulau Garam, sehingga aku berkulit sawo matang, he… .Berkat kegesitanku, aku terpilih menjadi salah satu anggota regu fi’ah Aisyah Sako Pramuka Hidayatullah Sumenep. 

Pagi itu…

“Alhamdulillah,pagi ini cerah sekali, Bunda, semoga besok tidak turun hujan, karena akhir-akhir ini tiap hari turun hujan” gumamku.

 “Wah, senang sekali nih, yang mau berangkat berkemah” ucap bunda. 

“Iya, dong Bunda! Aku senang sekali, sudah gak sabar ingin cepat-cepat berangkat”. 

“Oke deh, Oh ya apa semua barang sudah disiapkan?” tanya bunda.

 “InshaAllah siap, Bunda”jawabku yakin. 

“Jangan lupa bawa peralatan salat dan obat-obatan pribadi!”bunda mengingatkan.

 “Siap, Bunda!”jawabku sambil mengacungkan dua jempol.

  Tak lupa kubawa Al Quran berwarna pink kesukaanku. Bunda tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkahku. Sabtu sampai Minggu besok aku dan teman-temanku akan mengikuti jambore Pramuka Pandu Hidayatullah di Kota Malang. Lokasinya di daerah air terjun Coban Rondo.

“Ini akan menjadi pengalaman yang menyenangkan, Bunda”ujarku. Bunda mengangguk tanda setuju. Bunda memasukkan beberapa keripik dan camilan ke dalam ranselku.

“Assalamualaikum” ayah datang dari lari pagi.

 “Wah, pagi-pagi sudah asyik bercerita. Seru nih kayaknya”. 

“Iya nih, Yah! Filza besok mau berangkat berkemah di kegiatan Jambore Wilayah Jawa Timur”ucap bunda.

 “Oh, bagus itu. Eh, lokasi perkemahannya dimana?”tanya ayah. 

“Di Bumi Perkemahan Coban Rondo, Yah”.

 “Oh ya, ayah tahu lokasi itu” jawab ayah. 

 

“Air terjun itu berlokasi di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Coban Rondo terletak pada ketinggian 1135 meter di atas permukaan laut. Air terjun ini memiliki tinggi 84 meter. Coban Rondo sebenarnya merupakan bagian dari kelompok air terjun bertingkat, dimulai dari air terjun kembar bernama Coban Manten yang bergabung menjadi satu dinamakan Coban Dudo dan kemudian mengalir ke bawah dengan nama Coban Rondo” jelas ayah. 

“Kok,ayah tahu sih?”tanyaku seraya mengernyitkan dahi. 

“Ya iyalah, ayah dulu anggota pecinta alam yang selalu dekat dengan alam”ucap ayah menyombongkan diri.

“Benar ayah, kata kakak Pembina, dekat dengan alam akan lebih mencintai Allah Swt karena ciptaan-Nya”jawabku.

“Pintar sekali anak sholehahnya bunda” jawab bunda sambil mengangguk pertanda sependapat denganku. 

“Anakku, jadilah petualang keren, ya!Pelajari alam sebanyak yang kamu mampu!Banyak ilmu yang tersimpan di alam.” Ayah memberi semangat. 

“Ilmu?” Filza terlihat bingung.

“Yup, ilmu dari Allah Swt. Yang diturunkan melalui alam ini. Isi alam yang Allah ciptakan menyimpan banyak cerita dan keajaiban, lho!” tambah ayah.

“Sudah ah, kita sarapan dulu, nanti lanjut lagi ceritanya!”ajak bunda. “Siap, Bunda” jawabku dengan ayah kompak.

***

Keesokan harinya.

Hari yang dinanti telah tiba, hari ini tim Pramuka Pandu Hidayaullah Sumenep akan berangkat menuju bumi perkemahan Coban Rondo,Malang. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih delapan jam, rombongan tiba di lokasi. Kemudian, aku dan teman-temanku segera membuat tenda. Semua terlihat sibuk, ada yang memasang tiang penyangga, ada yang membentangkan terpal, ada juga yang menyimpulkan tali agar tenda dapat berdiri kokoh. Setelah selesai semua, aku dan teman-teman berkumpul di tengah lapangan dan duduk melingkar.

“Assalamualaikum, semuanya?” sapa Kak Fifi

“Waalaikumsalam” balas semua anggota dengan kompak.

 “Bagaimana kondisi? Masih semangat?” tanya Kak Ika. “ 554 siap, masih semangat ustadzah,” jawab kami lantang.

 Kak Fifi dan Kak Ika adalah pembina yang mendampingi kelompok fi’ah Aisyah dari Sumenep.

“Alhamdulillah, kita sudah tiba di sini dengan selamat. Jaga kesehatan, karena beberapa hari ke depan kita masih akan mengikuti serangkaian kegiatan jambore,”jelas Kak Fifi.  

 “Bagaimana pemandangan di sini? Bagus atau tidak?” lanjutnya. 

“Bagus,” jawab peserta kompak. “ Bagus! Karena sesungguhnya, dalam Al Quran kita diperintahkan untuk memperhatikan apa yang ada di langit dan di bumi,” ujar Kak Fifi penuh semangat. 

“Benarkah? Dalam surat apa, Kak?” tanyaku penasaran. Seketika aku mengambil Al Quran yang sudah kubawa dari rumah.

“Dalam Surat Yunus ayat 101, coba cari dalam Al Quran!” jawab Kak Fifi. 

“Aku sudah menemukan, Kak”teriakku.

 “Silakan dibaca terjemahannya, Filza! Baca yang keras ya! Supaya teman yang lain bisa mendengarkan dengan jelas!” pinta Kak Fifi.

 “Artinya: “ Katakanlah; Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi! Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.” (Yunus: 101)

“ Nah, anak-anak, dikatakan dalam Al Quran bahwa tidak akan bermanfaat apa yang diberikan Allah Swt, jika kita tidak beriman. Oleh karena itu sebagai orang yang beriman kita harus mensyukuri tanda-tanda kekuasaan Allah swt baik yang ada di langit dan di bumi,”.

“ Kak, kegiatan kita ini termasuk mensyukuri tanda-tanda kekuasaan Allah Swt juga kan?” celetuk Zahra.

 Zahra adalah salah satu temanku yang cerdas, bermata sipit, berkulit coklat, berperawakan gemuk, dan paling ceriwis dalam kelas, tapi teman-teman sekelas suka padanya karena sifatnya yang suka berbagi.

“Ya benar, kegiatan kita juga merupakan wujud syukur kita akan kekuasaan Allah Swt,karena saat ini kita lebih dekat dengan alam. Kita bisa belajar tentang gunung, udara segar, air terjun, pohon-pohon, dan sebagainya,” jelas Kak Ika sambil tersenyum.

Keesokan harinya, aku dan teman-teman sudah siap menjelajahi lereng pegunungan menuju air terjun. Kami berjalan berderet dan didampingi Kak Fifi dan Kak Ika. Sambil menikmati pemandangan alam yang sangat indah, kami senantiasa bertasbih mengagungkan asma Allah Swt, atas segala kuasa dan karuniaNya.

“ Siapa kita?”. “Pandu Hidayatullah”. “Apa semboyan kita?” “ Laa izzata illa bil Islam” Bagaimana kondisi” “ 554 siap” pekik Kak Fifi dan Kak Ika secara bergantian. 

“Apa gelar kita?“ “Generasi 554,” jawab kami kompak. “Takbir” “Allahu Akbar” 

Ya, Al Quran Surat Al Maidah (surat ke-5 ayat 54) “Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa diantara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui”. Ayat tersebut mampu membakar semangat kami untuk terus berjihad. 

Meski berjalan cukup jauh kami tidak merasa kelelahan. Dengan penuh semangat kami mengikuti berbagai kegiatan pada Jambore Wilayah Jawa Timur. Kegiatan yang kami ikuti diantaranya yaitu;lomba semapor, cerdas cermat, pionering, yel-yel, dan baris-berbaris   Alhamdulillah  dengan izin Allah Swt, berkat keuletan dan kerja keras, serta kekompakan semua anggota, fi’ah Aisyah Sako Pramuka Hidayatullah Sumenep mampu meraih juara diberbagai kejuaraan. Dengan bangga kami pulang membawa piala yang akan kami persembahkan untuk sekolah kami SD Integral Luqman Al Hakim Sumenep. Semoga di kegiatan Jambore Wilayah Jawa Timur berikutnya sekolahku mampu mendapatkan piala yang lebih banyak lagi, aamiin.

 

*Nama lengkapnya Amik Widyawati. Penulis juga bergabung dalam group guru penulis Sumenep (Gupens), guna semakin menambah wawasan dan kecintaan beliau dalam dunia kepenulisan. Penulis masih aktif mengajar di SDI Luqman Al Hakim Sumenep. Jejaknya bisa diikuti di medsos dengan nama yang sama.

Facebook Comments

0 Komentar

TULIS KOMENTAR

Alamat email anda aman dan tidak akan dipublikasikan.